Sepatah Kata Dari Saya

Assalamualaikum Wr. Wb.

Terima kasih anda telah mengunjungi blog saya. Blog ini ditujukan sebagai sarana komunikasi antara saya dan ummat. Mudah-mudahan blog ini dapat bermanfaat bagi anda. Saya harap, anda berkenan memberikan kritik dan masukan anda ke email lukman.hakiem@yahoo.co.id . Kritik dan masukan anda sangat berarti bagi saya dalam mengabdi dan melayani ummat, demi melanjutkan pengabdian untuk kemaslahatan bersama.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.




Kegiatan Saya

Lukman_Hakiem's Profile Pictures album on Photobucket

24 September 2008

Catatan Editor Berdamai Dengan Sejarah

Tahun 2008 ini, meminjam Prof. Taufik Abdullah, adalah tahun seratusan. Ada seratus tahun Kebangkitan Nasional, ada seratus tahun Sutan Takdir Alisyahbana, ada seratus tahun Sutan Sjahrir, ada seratus tahun Mohamad Roem, ada seratus tahun Buya HAMKA, ada seratus tahun M. Natsir. Mungkin masih ada seratus tahun yang lain.
Bukan latah jika setahun lalu sejumlah eksponen yang merasa memiliki keterikatan ideologis dengan Pak Natsir, bersepakat untuk membentuk Panitia Peringatan Refleksi Seabad M. Natsir: Pemikiran dan Perjuangannya.
Pemilihan nama resmi kepanitiaan didiskusikan dengan hati-hati, terutama karena para eksponen tidak ingin terjebak dalam bid’ah mengultuskan Pak Natsir. Dari nama kepanitiaan, tersurat dan tersirat, para eksponen ingin menjadikan momentum seabad M. Natsir untuk melakukan refleksi terhadap pemikiran dan perjuangan Almarhum.
Dalam kaitan dengan refleksi itulah, Panitia telah melakukan serangkaian diskusi tentang pemikiran dan perjuangan M. Natsir yang dilaksanakan terutama di kampus-kampus perguruan tinggi yang pembentukannya turut diprakarsai oleh Pak Natsir.
Rangkaian seminar dimulai dengan “Deklarasi Panitia Peringatan Refleksi Seabad M. Natsir” pada 15 November 2007 di gedung Mahkamah Konstitusi. “Membedah Pemikiran Pendidikan M. Natsir” di Universitas Islam Bandung dengan Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Bambang Sudibyo sebagai Pembicara Kunci. Seminar berikutnya “Mengkaji Politik Dakwah M. Nasir” di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat dengan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Drs. A.M. Fatwa sebagai Pembicara Kunci. Seminar selanjutnya “Membedah Pemikiran Politik M. Natsir” diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Pembicara Kunci. Seminar keempat dengan tema “Mengungkap Fakta di Balik Peristiwa PRRI” diselenggarakan di Universitas Islam Riau di Pekanbaru. Seminar Keempat “Mengkaji Pemikiran dan Gerakan Dakwah M. Natsir” diselenggarakan di Universitas Muslim Indonesia Makasar dengan Menteri Agama Maftuh Basuni sebagai Pembicara Kunci. Seminar kelima “Refleksi 58 Tahun Mosi Integral: Merawat NKRI Menghempang Potensi Disintegrasi Bangsa” diselenggarakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Rangkaian semminar tersebut berlangsung sejak Februari sampai Juli 2008.
Puncak rangkaian seminar, diselenggarakan pada 15 Juli 2008 di gedung Mahkamah Konstitusi RI berupa Diskusi Ahli bertajuk “Kedudukan M. Natsir dalam Sejarah NKRI” menghadirkan para panelis Prof. Dr. Anhar Gonggong, Prof. Dr. Burhan D. Magenda, Sabam Sirait, Prof. A. Malik Fajar, M.Sc, dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra dengan moderator Prof. Dr. Taufik Abdullah. Makalah dan proses Diskusi Ahli ini insya Allah akan diterbitkan dalam buku tersendiri.
Sebagian besar makalah dari rangkaian seminar Februari-Juli 2008 itu kini terkumpul dalam buku ini. Sebagian lain berasal dari seminar bertajuk “M. Natsir Penyelamat NKRI” di Padang, 11 Agustus 2007. Sebagian lain lagi berasal dari tulisan yang khusus dipersiapkan untuk buku ini atas permintaan Panitia, juga dari wawancara yang kemudian diturunkan dalam bentuk tulisan.
Dalam hubungan ini, saya ingin mengenang dan memberi penghormatan ikhlas kepada Almarhum H. Ali Sadikin dan Almarhum Prof. Dr. Deliar Noer. Kedua tokoh ini, ketika diminta partisipasinya untuk penerbitan buku ini, menyahut dengan sangat antusias. Mereka menolak diwawancarai, karena akan menyiapkan sendiri tulisannya. Manusia punya rencana, Allah juga yang menentukan. Keduanya berpulang ke haribaan-Nya sebelum sempat menulis kenangannya terhadap Pak Natsir. Allahummaghfirlahuma warhamhuma....
Sebagai Sekretaris Panitia yang dibebani tanggungjawab atas penerbitan kumpulan tulisan ini dan karena itu pula sekaligus menyuntingnya, saya tidak melakukan penyuntingan yang “signifikan”. Saya sekadar melakukan penataan terhadap puluhan naskah para pakar yang telah terkumpul dalam bentuk sistematika agar kumpulan tulisan lebih tampak sebagai buku dan nyaman dibaca.
Terima kasih kepada semua yang telah berpartisipasi dalam kegiatan Refleksi Seabad M. Natsir, menulis makalah, menyumbang tulisan, dan kesediaan diwawancara. Terima kasih dan penghargaan khusus, saya sampaikan kepada Sdr. Agus Lenon dan Sdr. Yosep yang telah bekerja keras menghubungi untuk meminta tulisan, mewawancarai dan mentranskrip hasil wawancara dengan sejumlah tokoh untuk buku ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Sdr. Usman Ali, Sdr. Aep Syaepullah, dan Sdri. Nurjannah yang telah turut sibuk mengetik ulang beberapa naskah.
Terima kasih dan penghargaan harus disampaikan kepada harian Republika yang telah membangun suasana Seabad M. Natsir dengan memuat serial tulisan M. Natsir. Last but no least, terima kasih kepada seluruh jajaran penerbit Republika yang telah memungkinkan buku ini terbit.
Banyak hal yang dapat dipetik dari Pak Natsir. Pemikirannya yang tajam dan melintasi zaman, sikapnya yang istiqamah dalam perjuangan, gaya hidupnya yang sederhana, cara berpolitiknya yang santun, dan berbagai hal yang kini makin langka. Di tengah menguatnya arus pragmatisme politik yang serbaboleh, warisan keteladanan itu penting untuk terus direaktualisasi.
Jika sampai hari ini, negara masih terlihat enggan memberi penghargaan yang layak kepada Pak Natsir, pertanyaan harus kita hunjamkan: belum tibakah saatnya untuk berdamai dengan sejarah?

Jakarta, Agustus 2008
Lukman Hakiem

Tidak ada komentar: