Sepatah Kata Dari Saya

Assalamualaikum Wr. Wb.

Terima kasih anda telah mengunjungi blog saya. Blog ini ditujukan sebagai sarana komunikasi antara saya dan ummat. Mudah-mudahan blog ini dapat bermanfaat bagi anda. Saya harap, anda berkenan memberikan kritik dan masukan anda ke email lukman.hakiem@yahoo.co.id . Kritik dan masukan anda sangat berarti bagi saya dalam mengabdi dan melayani ummat, demi melanjutkan pengabdian untuk kemaslahatan bersama.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.




Kegiatan Saya

Lukman_Hakiem's Profile Pictures album on Photobucket

10 Februari 2011

Sjafruddin Prawiranegara Harus DIakui Sebagai Preside RI Ke-2

JAKARTA - Selama ini, sejarah nasional seolah tak pernah mengakui bahwa Indonesia pernah memiliki seorang presiden bernama Mr Sjafruddin Prawiranegara. Padahal, Sjafruddin adalah Presiden kedua RI yang pernah memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Hal itu mengemuka pada pertemuan antara pimpinan MPR RI dengan Panitia Peringatan Satu Abad Mr Sjafruddin Prawiranegara, di gedung MPR RI, Jakarta, Selasa (8/2). Dalam pertemuan itu terlihat Ketua MPR Taufiq Kiemas yang didampingi Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saefuddin dan Ahmad Farhan Hamid. Sedangkan dari pihak panitia hadir AM Fatwa selaku ketua panitia, serta Sekretaris Panitia selaku Wakil Lukman Hakiem.

"Seharusnya Presiden RI kedua itu adalah Sjafruddin Prawiranegara. Tanpa adanya PDRI yang dipimpin Mr Sjafruddin maka RI tidak ada waktu itu. Karena itu kami meminta MPR untuk memperjuangkan dan menetapkan dalam sejarah bangsa bahwa Sjafruddin Prawiranegara adalah Presiden RI kedua," ujar Lukman Hakiem.

Ditegaskannya, jumlah Presiden RI hingga sekarang bukan hanya enam. Sesuai fakta sejarah, jumlahnya malah sembilan orang. Lukman Hakiem merincikan, Soekarno menjadi Presiden I sejak 18 Agustus 1945. Sedangkan Mr Sjafruddin Prawiranegara menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan kedua sejak 19 Desember 1948, setelah Soekarno dan Hatta ditangkap Belanda dalam agresi kedua.

"Saat situasi mencekam itu, dwitunggal Soekarno-Hatta menyerahkan pemerintahan RI kepada Menteri Kemakmuran Mr Sjafruddin Prawiranegara dengan pusat pemerintahan di Bukittinggi, Sumatera Barat," ungkat Lukman Hakiem.

Mengutip surat penyerahan dari Soekarno, Lukman Hakiem menjelaskan, pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 06.00 pagi, Belanda telah memulai serangannya terhadap Yogyakarta yang waktu itu menjadi ibukota RI. "Jika dalam keadaan pemerintahan tidak dapat mendjalankan kewadjibannya lagi, kami menguasakan kepada Mr sjafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Republik Darurat di Sumatera”, kata Lukman mengutip surat pernyataan Soekarno-Hatta.

Sedangkan Presiden RI ketiga, kata Lukman Hakiem, tak lain adalah Mr Assaat. Menurut Lukman, Mr Assaat menjadi presiden RI ketika Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Sedangkan Presiden Indonesia keempat kembali lagi kepada Soekarno hingga akhirnya digantikan Soeharto.

Kemudian pada 1998, BJ Habibie menjadi Presiden RI kelima menggantikan Soeharto. Pada 1999, MPR RI memilih Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI keenam. Presiden yang mantan ketua PBNU itu dilengserkan di tengah jalan dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri. Terakhir, Susilo Bambang Yudhoyono naik menjadi Presiden RI ke-9 setelah memenangi Pemilihan Presiden (Polpres) langsung pada 2004.

Menanggapi permintaan panitia tentang perlunya pelurusan sejarah, Ketua MPR RI Taufiq Kiemas mengatakan, Mr Sjafruddin Prawiranegara berperan besar dalam memimpin bangsa. "Menurut saya, Pak Sjaf (panggilan Sjafruddin Prawiranegara) adalah presiden kedua kita. Kalau saya berani mengatakan begitu, apakah yang lain berani begitu, saya tidak tahu," kata Taufiq.

Suami Megawati Soekarnoputri itu mengaku tak bisa membayangkan jika tidak ada PDRI yang didirikan Sjafruddin Prawiranegara. "Seandainya tidak ada Pak Sjaf, sejarah kita akan berubah. Kalau mengenang zaman revolusi, tidak bisa melupakan peranan Pak Sjaf. Apa yang diperbuatnya sangat heroik dan sulit mencari orang yang asal luar Sumatera berperan di Sumatera untuk negara Indonesia," ujar Taufiq Kiemas.

Karenanya Taufiq berjanji akan meluruskan sejarah tersebut, dengan mengakui peran Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden RI kedua. "Kerja kami (MPR) lebih banyak meluruskan sejarah dan dari gedung inilah tokoh Aceh Hasan Tiro yang menjadi polemik tentang kewarganegaraannya dapat disahkan menjadi WNI", ungkap Taufiq Kiemas.

Sedangkan AM Fatwa menambahkan, kegiatan peringatan Satu Abad Mr Sjafruddin Prawiranegara akan digelar pada 28 Februari, atau bersamaan dengan tanggal kelahiran Sjafruddin. Acara puncak akan diisi dengan peluncuran novel sejarah berjudul Presiden Prawiranegara: Kisah 209 Hari Mr Sjafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia. Kegiatan lainnya adalah seminar di beberapa kota, speerti di Bukittinggi Banda Aceh, Jakarta dan Yogyakarta. (fas/jpnn)

Tidak ada komentar: