JAKARTA, HALUAN–PDRI yang dipimpinnya telah menyambung nafas republik ini sehingga kolonial Belanda gagal membuktikan pada dunia bahwa Indonesia telah mati.
Melihat dari sejarah dan perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara dalam mendirikan dan memimpin Pemerintahan Dararut Republik Indonesia (PDRI), maka bangsa ini harus mengakui bahwa Mr. Sjaruddin adalah Presiden RI ke-2 setelah Bung Karno.
Desakan itu disampaikan Panitia Peringatan Satu Abad Mr. Sjafruddin Prawiranegara yang dipimpin AM. Fatwa, saat beraudensi dengan Ketua MPR Taufiq Kiemas, di gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (8/2). Taufik Kiemas didampingi 2 Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saefuddin dan Ahmad Farhan Hamid.
Seperti dilontarkan Wakil Sekretaris Panitia Lukman Hakiem, seharusnya presiden RI ke-2 itu adalah Sjafruddin Prawiranegara. Alasannya, tanpa adanya PDRI yang dipimpin MR Sjafruddin maka RI tidak ada waktu itu. Karena itu ia meminta MPR untuk memperjuangkan dan menetapkan dalam sejarah banga ini bahwa Sjafruddin Prawiranegara adalah Presiden RI ke-2.
Menurut Lukman Hakiem, Presiden RI hingga sekarang jumlahnya bukanlah 6 , tetapi sesuai sejarah jumlahnya 9 orang. Pertama Soekarno sejak 18 Agustus 1945. Mr Syafruddin Prawiranegara adalah Presiden yakni kepala negara dan kepala pemerintahan kedua sejak 19 Desember 1948 setelah Sukarno dan Hatta menyerah dan ditangkap oleh Belanda dalam agresi kedua.
Pada saat mencekam itu dwitunggal Soekarno-Hatta mengeluarkan pernyataan yang menyerahkan pemerintahan RI kepada Menteri Kemakmuran Mr Syafruddin Prawiranegara yang tengan berada di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Surat pernyataan itu berbunyi “Kami Presiden Republik Indonesia memberitahukan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 06.oo pagi , Belanda telah memulai serangannya atas ibukota Yogyakarta. Djika daam keadaan pemerintahan tidak dapat mendjalankan kewadjibannnya lagi, kami menguasakan kepada Mr syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Republik Darurat di Sumatera”.
Presiden ketiga kata Lukman Hakiem adalah Mr Assat yang menjadi presiden RI ketika posisi Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Presiden keempat kembali kepada Soekarno kemudian digantikan Soeharto diteruskan oleh Habibie dan presiden ke-7 Abdurrahman Wahid presiden ke-8 Megawati Soekarnoputri dan sekarang ke-9 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Urutan daftar Presiden RI menurut Lukman Hakiem, adalah 1. Soekarno (18 Agustus 1945-19 Desember 1948), 2. Sjafruddin Prawiranegara (19 Desember 1948-13 Juli 1949), 3. Soekarno (13 Juli-17 Desember 1949), 4. Mr. Assaat (17 Desember 1949-15 Agustus 1950), 5. Soekarno (15 Agustus 1950-22 Februari 1967), 6. Soeharto (22 Febuari 1967-21 Mei 1998), 7. Habibie (21 Mei 1998-20 Oktober 1999), 8. Abdurahman Wahid (20 Oktober 1999-23 Jul 2001), 9. Megawati (23 Juli 2001-20 Oktober 2004) dan ke-10. Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang ).
Menanggapi desakan tersebut, Ketua MPR Taufiq Kiemas tidak menampik peran besar Mr. Sjafruddin Prawiranegara dalam memimpin bangsa ini. “Menurut saya Pak Sjaf (panggilan Syafruddin Prawiranegara) adalah presiden kedua kita. Kalau saya berani mengatakan begitu, apakah yang lain berani begitu, saya tidak tahu,” kata Taufiq Kiemas.
Taufiq Kiemas tidak bisa membayangkan apa jadinya republik ini jika tidak ada PDRI yang didirikan Sjafruddin Prawiranegara. “Seandainya tidak ada Pak Sjaf, sejarah kita akan berubah. Kalau mengenang zaman revolusi, tidak bisa melupakan peranan Pak Sjaf. Apa yang diperbuatnya sangat heroik dan sulit mencari orang yang asal luar Sumatera berperan dari Sumatera untuk negara Indonesia,”ujar Taufiq Kiemas.
Taufiq Kiemas berjanji akan meluruskan sejarah tersebut, yaitu mengakui keberadaan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden RI ke-2. “Kerja kami (MPR) lebih banyak meluruskan sejarah dan dari gedung inilah tokoh Aceh Hasan Tiro yang menjadi polemik tentang kewarganegaraannya dapat disahkan menjadi WNI”, ungkap suami Megawati Soekarnoputri itu.
Sedangkan kegiatan peringatan Satu Abad Mr. Sjafruddin Prawiranegara itu seperti dijelaskan AM. Fatwa adalah kegiatan puncak diselenggarakan bertepatan dengan kelahiran Mr Sjaruddin tanggal 28 Februari di Jakarta yang diisi dengan peluncuran novel sejarah “PRESIDEN PRAWIRANEGARA; Kisah 209 Hari Mr. Sjafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia”.
Kegiatan lainnya berupa seminar di beberapa tempat, yaitu di Bukittinggi dengan tema “Makna PDRI dalam Mempertahankan KemerdekaanRepbulik Indonesia” dengan pembicara Mestika Zeid, Fadli Zon dan Thamrin Man “Kegiatan di Bukittinggi nanti juga dilakukan pemugaran monumen PDRI,” jelas Fatwa.Seminar lainnya diselenggarakan di Banda Aceh, LPPM Jakarta, Banten, DPD RI, Universitas Sultan Agung Semarang, Universitas Paramadina Jakarta dan Yogyakarta. (sam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar