Pengantar Penulis
Enam Puluh Tahun Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar
Menarik Ilham dari Jejak Pendahulu
Suatu hari di bulan November 2011, ke handphone saya masuk pesan singkat dari Sekretaris Umum Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, H. Badruzzaman Busyairi, memberitahukan bahwa teman-teman di YPI Al-Azhar meminta saya menulis buku 60 Tahun Al-Azhar. Pesan singkat dari Mas Badruz (begitu saya selalu memanggil nama Sekretaris Umum YPI Al-Azhar) itu, saya jawab singkat pula: “Insya Allah.”
Sejak itulah proses penulisan buku ini dimulai dengan mengumpulkan bahan. Bahan pertama yang saya peroleh ialah berbagai laporan kegiatan di bidang pendidikan dari Ketua Bidang Pendidikan SMP/SMA Islam Al-Azhar, Drs. H. Ali Mashar, M.Pd.
Sesudah itu, berbagai bahan dari Bidang Manajemen dan Usaha, Bidang Pendidikan, dan Bidang Dakwah dan Sosial, serta Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) saya peroleh, baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Tentu saja saya juga memperoleh bahan-bahan penting lain dari Mas Badruz. Untuk sebagian besar, atas dasar bahan-bahan itulah, buku ini ditulis.
Oleh karena itu dengan terbitnya buku ini, pertama-tama dan terutama, saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh jajaran Keluarga Besar YPI Al-Azhar yang telah memasok saya dengan bahan-bahan tertulis yang sangat berharga itu.
Lancarnya pasokan bahan dari jajaran Keluarga Besar YPI Al-Azhar itu tentu tidak mungkin terjadi tanpa arahan dari Ketua Umum H. Hariri Hady, Ketua Bidang Dakwah dan Sosial H. Nasroul Hamzah, Ketua Bidang Pendidikan H. Mahfudh Makmun, dan Sekretaris Umum H. Badruzaman Busyairi. Kepada keempat tokoh tersebut, saya wajib menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga, terutama atas kepercayaan kepada saya untuk menulis buku ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan, secara khusus saya sampaikan kepada Saudara Iskandar Abu Saman yang di tengah-tengah berbagai kesibukan rutinnya yang sudah menumpuk, terus menerus saya ganggu untuk memperoleh berbagai bahan mengenai YPI Al-Azhar.
Sebelum buku ini, telah terbit dua buku mengenai YPI Al-Azhar, yaitu Setengah Abad Al-Azhar 7 April 1952 – 7 April 2002 yang ditulis oleh Badruzzaman Busyairi, dan Bunga Rampai 55 Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan Mereka 7 April 1952-7 April 2007 dengan penyusun utama H. Cecep Kurnia Sogoz. Selain itu ada buku Mengenal Universitas Al Azhar Indonesia yang ditulis oleh Badruzzaman Busyairi.
Buku-buku itu memudahkan saya dalam menulis buku ini sekaligus “mempersulit”. Memudahkan, karena banyak informasi berharga dari buku-buku itu yang dapat saya rujuk; “menyulitkan” karena dengan itu saya ditantang untuk tidak menulis buku yang sekadar pengulangan dari buku yang sudah terbit lebih dulu.
Saya sudah berusaha menulis buku yang tidak merupakan pengulangan dari buku Setengah Abad dan 55 Tahun. Apakah usaha saya itu berhasil atau tidak, biarlah khalayak pembaca yang menilai.
Jika pada pidato kenegaraan yang terakhir pada 17 Agustus 1966, Presiden Soekarno memberi judul pidatonya itu “Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah (Jas Merah)”, mudah-mudahan buku ini mampu membangkitkan ingatan kolektif kita mengenai para pendahulu kita yang penuh idealisme, cara berfikirnya sangat strategis, dan menjangkau jauh ke depan.
Sejarah awal terbentuknya YPI dan berdirinya Masjid Agung Al-Azhar tidak mungkin dilepaskan dari peran penting Walikota Jakarta Raya Sjamsuridjal, dan Menteri Sosial pada Kabinet dr. Soekiman Wirjosandjojo, Dr. Sjamsuddin. Dalam penggalangan dana, tentu tidak boleh dilupakan peran surat kabar Abadi mengajak para pembaca Abadi di seluruh wilayah Nusantara untuk berinfak melalui Dompet Amal Pembangunan Masjid Agung Kebayoran. Untuk melanjutkan pembangunan lantai dua Masjid Agung, tentu kita tidak boleh melupakan sumbangan dari Menteri Agama K.H. Muhammad Iljas.
Pasti bukan suatu kebetulan, Sjamsuridjal, Sjamsuddin, dan Soekiman Wirjosandjojo adalah kader dan tokoh terkemuka Partai Masyumi. Abadi adalah surat kabar resmi Masyumi, dan K.H. Muhammad Iljas adalah Menteri Agama pada Kabinet Boerhanoeddin Harahap. Boerhanoeddin Harahap adalah kader dan tokoh teras Masyumi.
Jejak Masyumi di bidang pendidikan, memang luar biasa. Berbagai perguruan tinggi yang pembentukannya diprakarsai oleh tokoh-tokoh partai --yang umurnya hanya 15 tahun itu-- tersebar mulai dari Medan sampai Makasar. Warisan itu, masih terpelihara sampai hari ini.
Di tengah arus besar pragmatisme politik transaksional, semoga kita tetap mampu mengasah hati nurani untuk menarik ilham dari idealisme dan jejak hayat para pendahulu kita di YPI Al-Azhar dan dari warisan yang lain.
Akhir kalam, di tengah proses penulisan buku ini, Ibunda saya Hj. Siti Wardah binti K.H.M. Fudholi wafat pada hari Ahad, 16 Muharram 1433 bertepatan dengan 11 Desember 2011. Mudah-mudahan buku ini menjadi tambahan pahala untuk Almarhumah, seorang perempuan perkasa yang dengan sepenuh-penuh keikhlasan dan cinta kasih membesarkan dan membiayai pendidikan anak-anaknya seorang diri sejak Ayahanda H.M. Mursjid bin H. Nawawi wafat pada hari Rabu 26 Juli 1989.
Rabbighfirli wa li walidayya warhamhuma kamaa rabbayani shagira.
Sukabumi, Jumadil Ula 1433
Maret 2012
Lukman Hakiem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar